Menjadi muslim termasuk karena orang tua
kita muslim sehingga kitapun menjadi muslim merupakan sesuatu yang harus kita
syukuri, hal ini karena banyak orang yang harus mencari-cari Islam hingga
berpindah-pindah agama meskipun akhirnya
mereka menemukan Islam dan menjadi muslim yang sejati. Sebagai tanda syukur
itu, maka sesudah menjadi muslim kita harus memegang prinsip-prinsip dalam
Islam yang amat pokok.
Paling tidak, ada tiga prinsip Islam yang
kita semua harus menjalaninya dalam kehidupan yang singkat ini.
1.
Niat Yang Ikhlas.
Beramal yang shaleh merupakan suatu konsekuensi dari keimanan. Namun,
suatu amal yang dilakukan setiap muslim harus memiliki niat atau motivasi,
yakni niat yang ikhlas karena Allah swt. Secara harfiyah, ikhlas artinya
bersih, murni dan tidak ada campuran. Maksudnya adalah bersihnya hati dan
pikiran seseorang dari motif-motif selain Allah swt dalam melakukan suatu amal.
Orang yang ikhlas adalah orang yang melakukan sesuatu karena Allah swt dan
mengarapkan ridha-Nya, inilah amal yang bisa diterima oleh Allah swt. Dalam
suatu hadits, Rasulullah saw bersabda:
لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنَ الْعَمَلِ اِلاَّ كاَنَ
لَهُ خَالِصًا وَابْتَغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Allah tidak menerima amal, kecuali amal yang
dikerjakan dengan ikhlas karena Dia semata-mata dan dimaksudkan untuk mencari
keridhaan-Nya (HR. Ibnu Majah).
Oleh karena itu, ikhlas dalam
beramal memiliki kedudukan yang sangat penting yakni kunci diterimanya amal
kita oleh Allah swt dan ini akan memberikan ketenangan jiwa yang sangat
dalam, karena ia merasa tidak sia-sia dalam beramal, bahkan dengan niatnya yang
ikhlas seseorang sudah mendapatkan pahala dari Allah swt meskipun ia belum
melaksanakan suatu amal, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ طَلَبَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقِ اُعْطِيْهَا
وَاِنْ مَاتَ عَلىَ فِرَاشِهِ
Barangsiapa yang sungguh-sungguh memohon
mati syahid kepada Allah, maka Allah mengantarkannya ke kedudukan orang-orang
yang mati syahid, sekalipun dia mati di atas tempat tidurnya (HR. Muslim).
Disamping itu, keikhlasan dalam suatu amal akan membuat keimanan
seseorang menjadi sempurna, karena hakikat iman adalah mengakui Allah swt
sebagai Tuhan sehingga kita bersikap dan bertingkah laku karena-Nya, Rasulullah
saw bersabda:
مَنْ
أَعْطَى ِللهِ تَعَالَى وَمَنَعَ ِللهِ تَعَالَى وَأَحَبَّ ِللهِ تَعَالَى
وَأَبْغَضَ ِللهِ تَعَالَى وَأَنْكَحَ ِللهِ تَعَالَى فَقَدِ اسْتَكْمَلَ
إِيْمَانُهُ
Barangsiapa memberi karena Allah, menolak
karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah dan menikah karena
Allah, maka sempurnalah imannya (HR. Abu Daud).
2.
Berpedoman Pada Al Qur’an dan Sunnah.
Al Qur’an merupakan
kitab suci yang berisi petunjuk untuk kehidupan umat manusia di dunia ini.
Dengan petunjuk Al Qur’an, kehidupan manusia akan berjalan dengan baik,
manakala mereka memiliki problema, maka problema itu dapat terpecahkan sehingga
ibarat penyakit akan ditemukan obatnya. Sebaliknya, tanpa petunjuk Al Qur’an
kehidupan manusia menjadi semraut, problematika hidup yang selalu bermunculan
tidak mampu dipecahkan dan diatasi oleh manusia, apalagi bila satu masalah
belum terselesaikan sudah muncul lagi masalah yang lebih rumit. Akibatnya, begitu
banyak manusia yang putus asa dalam menghadapi masalah dan ini tercermin pada
sikap menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan hingga bunuh diri yang
kasusnya semakin banyak.
Sebagai petunjuk, Al
Qur’an tidak selalu mengutarakan segala sesuatu secara detail, karenanya
diperlukan penjelasan, baik dari Al Qur’an itu sendiri maupun dengan
hadits-hadits dari Rasulullah saw, Allah swt berfirman: (beberapa hari yang
ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS Al
Baqarah [2]:185).
Sebagai sumber hukum dan ajaran yang kedua, Al Hadits
amat dibutuhkan oleh kita semua, apalagi salah satu fungsinya adalah bayan (penjelas)
atas al Qur’an sehingga apa-apa yang digariskan di dalam Al Qur’an dapat kita
laksanakan secara teknis dalam kehidupan sehari-hari.
Secara harfiyah, hadits adalah berita atau khabar. Karena
itu dapat kita simpulkan bahwa hadits adalah informasi tentang perkataan,
perbuatan dan diamnya Nabi. Istilah yang sering terkait dengan hadits adalah sunnah yang menurut bahasa adalah Thorîqoh
dan Sîroh yang berarti jalan, perjalanan hidup, atau Jalan dan kebiasaan
yang baik atau yang jelak. Menurut M.T.Hasbi Ash Shiddieqy, pengertian sunnah
ditinjau dari sudut bahasa bermakna jalan yang dijalani, terpuji, atau tidak.
Sesuai tradisi yang sudah dibiasakan, dinamai sunnah, walaupun tidak baik.
Dalam konteks ilmu hadits, sunnah adalah kebiasaan Nabi, sedangkan hadits
adalah informasi tentang kebiasaan atau prilaku nabi.
Kedudukan
Al Qur’an dan Al Hadits tidak perlu lagi dipersoalkan pentingnya, karenanya
hingga hari ini sampai kiamat nanti kita amat memerlukannya sehingga menjadi
kajian dan pelajaran yang selalu aktual sepanjang zaman, bahkan kalau Al Qur’an
dan Al Hadits itu mau kita samakan dengan buku-buku lain dari sisi penjualan,
maka keduanya adalah buku yang paling laris, bahkan di negara-negara barat, Al
Qur’an menjadi “buku terlaris” yang tidak hanya dibeli oleh kalangan muslim
tapi juga non muslim, inilah pusaka Nabi saw yang abadi sebagai sabdanya: Aku
tinggalkan kepadamu dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegang
kepadanya, yaitu: kitabullah (Al Qur’an) dan sunnah Rasulullah (HR. Muslim).
3.
Taat Pada Ketentuan Hukum
Sebagai manusia kita amat membutuhkan
ketentuan-ketentuan hukum, karenanya dalam hal apapun manusia membuat ketentuan
yang mengikat secara hukum. Dalam sepakbola dan berbagai bidang olah raga, ada
aturan main yang dirumuskan dan disepakati sehingga pertandingan bila
berlangsung dengan baik. Dalam kehidupan ini, Allah swt paling tahu tentang
hukum seperti apa yang cocok untuk kita. Karenanya melalui ibadah Ramadhan kita
dilatih untuk disiplin dalam hukum sehingga sesuatu yang semula boleh menjadi
tidak boleh untuk dilakukan pada siang hari dan baru dibolehkan pada malam hari
seperti makan dan minum serta melakukan hubungan seksual dengan isteri. Bila
sesuatu yang amat penting bagi manusia, yakni makan dan minum serta hubungan
seksual sudah bisa dikendalikan, insya Allah kita bisa mengendalikan diri dan
disiplin dalam hukum-hukum lain yang memang sangat penting untuk mengatur kehidupan
manusia, Allah swt berfirman: Kemudian kami jadikan kamu berada di atas
suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu
dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui (QS Al
Jatsiyah [45]:18).
Dalam konteks hukum, kita mengenal ada halal
dan haram, ada haq dan bathil yang setiap kita harus tunduk pada ketetapan
hukum itu dan jangan sampai mempermainkannya, apalagi sampai mencari lagalitas
hukum untuk menghalalkan yang tidak halal, Allah swt berfirman: Dan janganlah sebagian
kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil
dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat
memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah [2]:188).
Dengan selalu berpedoman kepada keduanya, kita
akan memahami halal dan haram yang merupakan salah satu warisan Nabi. Suatu
ketika, Abu Hurairah datang ke pasar dan berkata: Wahai penghuni pasar, betapa
lemahnya kalian”. Mereka bertanya: “apa maksudmu wahai Abu Hurairah?”. Abu Hurairah menjawab:
“itu warisan Rasulullah saw sedang dibagikan sementara kalian masih di sini.
Mengapa kalian tidak pergi ke sana untuk mengambil jatah kalian darinya?”.
Mereka bertanya: ”dimana?”. Abu Hurairah menjawab: ”di masjid”. Maka mereka
keluar dengan cepat. Abu Hurairah berdiri menjaga barang mereka sampai mereka
kembali. Abu Hurairah bertanya: ”Ada apa dengan kalian?”. Mereka menjawab:
Wahai Abu Hurairah, kami telah datang ke masjid, kami masuk ke dalamnya tapi
tidak ada yang dibagi”. Abu Hurairah bertanya: ”Apa kalian tidak melihat
seseorang di masjid?”. Mereka menjawab: ”Kami melihat orang-orang yang shalat,
membaca Al-Qur’an dan orang yang mempelajari halal dan haram”. Abu Hurairah
berkata: ”Celaka kalian, itulah warisan Muhammad saw” (HR. Thabrani).
Dengan demikian, seorang muslim yang sejati
adalah yang selalu memegang prinsip-prinsip dalam Islam, apapun situasi dan
kondisinya.
Drs. H.
Ahmad Yani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id. Pin 275d0bb3
0 comments