Pesan-pesan dakwah bisa disampaikan
melalui media sosial. Meskipun sudah saya sampaikan dan disebarluaskan, tidak
ada salahnya saya sampaikan melalui media ini dengan tambahan uraian yang
diperlukan. Bila kita mau, maka pesan-pesan dakwah bisa kita sampaikan kepada
banyak orang dengan cara yang mudah.
1. Seperti Wanita.
Sampaikan pada Sule, Aziz Gagap, Olga dan
para pelawak serta waria agar jangan tampil sebagai wanita, khawatir saja bila
dilaknat Allah dan tidak diakui sebagai umat Nabi Muhammad saw. Rasulullah saw
bersabda:
لَعَنَ اللهُ الرَّجُلَ يَلْبَسُ
لُبْسَةَ الْمَرْأَةِ وَالْمَرْأَةَ تَلْبَسُ لُبْسَةَ الرَّجُلِ
Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian
wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki (HR. Abu Daud)
Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ
بِالرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ وَلاَ مَنْ تَشَبَّهَ بِالنِّسَاءِ مِنَ الرِّجَالِ
Bukan golongan kami perempuan yang menyerupai laki-laki
dan laki-laki yang menyerupai perempuan (HR. Ahmad).
Hadits
di atas sangat jelas pesannya. Seorang lelaki muslim tidak boleh berpenampilan
seperti wanita, demikian pula sebaliknya. Kenapa demikian?. Karena di dalam
Islam, laki-laki dan wanita memiliki kerakter dan kedudukan yang sangat
berbeda, apalagi dalam konteks hokum Islam. Beberapa hal bisa kita jadikan
sebagai rujukan. Pertama, laki-laki harus menikah dengan wanita,
bukan wanita dengan wanita atau laki-laki dengan laki-laki, ini merupakan
sesuatu yang sangat tercela sehingga dari sisi apapun tidak bisa dibenarkan. Kedua,
dalam pernikahan laki-laki menjadi wali dan saksi, bukan wanita. Ketiga,
dalam pembagian harta waris, bagian laki-laki dua bagian, sedangkan wanita satu
bagian. Keempat, dalam shalat berjamaah yang terdapat wanita di dalamnya,
laki-laki yang berhak menjadi imam dan khatib, karenanya laki-laki tidak boleh
berimam kepada wanita.
2. Pakaian Sempit
Ketika seseorang makin gede, yang ia
rasakan adalah baju dan celananya terasa sempit dan ketat. Karenanya, pakaian
itu diberikan dan dipakai oleh adiknya yang lebih kecil. Tapi sekarang justeru
banyak orang yang menggunakan pakaian adiknya sehingga nampak begitu ketat,
terutama wanita, padahal pakaian wanita itu bukan sekadar menutup tubuh, tapi
juga longgar.
Memakai pakaian yang sempit terutama bagi
wanita tidak dibenarkan, karena hal itu terlalu memperlihatkan lekuk-lekuk
tubuh, padahal maksud berpakaian adalah untuk menutupi tubuh sehingga pria
terhindar dari rangsangan tubuh wanita. Dalam konteks berpakaian, kriteria yang
harus mendapat perhatian besar dari para wanita adalah longkar dan tidak tembus
pandang.
3. Dusta Dalam Canda.
Sampaikan kepada pelawak dan siapa saja
yang suka bercanda, termasuk para mubalig bahwa berdusta merupakan
pengkhianatan yang besar, maka kecelakaanlah bagi pelakunya, apalagi bila hal
itu dilakukan agar orang lain tertawa, Rasulullah saw bersabda:
وَيْلٌ لِلَّذِيْ
يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيَضْحَكَ بِهِ الْقَوْمُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.
Celaka bagi orang yang berbicara, kemudian
berdusta supaya orang-orang mentertawakannya, celaka dia, celaka dia (HR. Abu
Daud, Tirmidzi dan Nasa’I).
Berdusta
atau berbohong sudah banyak dilakukan manusia, tapi sebagai muslim kita punya
prinsip untuk tidak melakukannya. Hal ini karena, tanggungjawab dihadapan Allah
swt ada pada masing-masing orang, tidak bisa kita lemparkan kepada orang lain.
Inilah, mengapa kita tidak bisa mengatakan: “karena orang-orang berbohong,
sayapun ikut berbohong.”
Sebagai muslim, kita harus mewaspadai
akan kemungkinan melakukan dusta, karena bila seseorang sudah melakukan dusta,
maka dia akan melakukan dusta berikutnya guna mempertahankan dirinya dari
kemungkinan dianggap salah oleh orang lain, semakin banyak orang yang bertanya
kepadanya tentang apa didustakan, sebanyak itu pula dosa yang dilakukannya,
bahkan seorang yang berdusta bisa melakukan hal-hal yang lebih buruk lagi
hingga mengantarkannya ke dalam neraka, Rasulullah Saw bersabda:
اِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَاِنَّ
الْكَذِبَ يَهْدِى اِلَى الْفُجُوْرِ وَاِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِى اِلَى النَّارِ
Jauhilah dusta, karena sesungguhnya dusta itu
membawa pada kedurhakaan dan sesungguhnya kedurhakaan itu akan menunjuki
manusia ke neraka (HR. Bukhari).
Satu
hal yang harus kita sadari, bila dalam bercanda saja kita jangan sampai
berdusta, apalagi dalam hal-hal yang menuntut keseriusan. Yang lebih buruk lagi
adalah berdusta tapi seolah-olah jujur atau benar sehingga ia bersumpah dengan
menyebut nama Allah swt, ini merupakan salah satu bentuk kejahatan orang
munafik yang harus diwaspadai. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas
bahwa al Julas bin Suwaid merupakan salah seorang yang tidak ikut dalam perang
Tabuk. Dia berkata: “Seandainya orang ini benar, tentu kita lebih buruk
daripada keledai.”
Ucapan tersebut dilaporkan kepada Nabi
saw, tetapi ia justeru bersumpah bahwa ia tidak mengatakan hal itu.
Dalam kasus lain, Qatadah menceritakan
bahwa ada dua orang berkelahi, salah satunya dari Juhainah, sedang yang lain
dari Ghifar. Kebetulan, suku Juhainah adalah sebutu Anshar. Ketika orang dari
suku Ghifar itu mengalahkan lawannya dari suku Juhainah, Abdullah bin Ubay
berkata kepada suku Aus: “Bantulah saudara kalian. Demi Allah, perumpamaan
antara kita dengan Muhammad tidak lain lain seperti kata pepatah: “Gemukkan anjingmu, pasti dia
memangsamu.”
Seorang dari kaum muslimin pergi
melaporkan ucapan itu kepada Rasulullah saw. Beliau lalu memanggilnya dan
menanyainya. Tapi dia bersumpah bahwa dia tidak mengatakan demikian.
Peristiwa lain adalah yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim dari Anas bin Malik bahwa Zaid bin Arqam mendengar seorang
munafik berkata ketika Nabi berkhutbah: “Kalau orang ini benar, sungguh kita
lebih buruk ketimbang keledai.” Lalu ia menyampaikan hal itu kepada Nabi
Muhammad saw, tapi orang itu menyangkal telah berkata demikian.
Kejadian lain diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dari Ibnu Abbas ra bahwa suatu ketika Rasulullah saw sedang duduk di
bawah pohon. Beliau berucap: “Sebentar lagi akan datang seseorang yang
memandang dengan pandangan mata syaitan.”
Tiba-tiba muncul seseorang yang
berpakaian biru, beliau memanggilnya dan bertanya: “Mengapa kamu dan
kawan-kawanmu mencaciku?.”
Orang itu segera pergi dan mengajak
kawan-kawannya, lalu bersumpah bahwa mereka tidak berkata begitu, hingga
akhirnya beliau melepaskan mereka.
Atas beberapa peristiwa di atas, Allah
swt kemudian menurunkan firman-Nya: Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah
dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu).
Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi
kafir sesudah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya;
dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan
Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka
bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya
Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan
mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka
bumi. (QS At Taubah [9]:74).
4. Turut Gembira.
Kalau ada orang menikah setiap kita harus
turut gembira, bukan hanya karena seseorang sudah mendapat pasangan hidup, tapi
yang lebih penting adalah karena salah satu syariat Islam masih dijunjung
tinggi, karena banyak orang sudah seperti suami isteri padahal belum melakukan
akad nikah.
Kehadiran kita memenuhi undangan akad
nikah dan resepsi, mendoakan dan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai dan
orang tuanya hingga memberi hadiah merupakan diantara tanda kegembiraan kita
atas adanya pernikahan.
Penyebab kegembiraan kita yang terbesar
bukan karena seseorang telah menadapati pasangan hidupnya semata, tapi syariat
Islam berupa akad nikah yang masih dijunjung tinggi. Sudah terlalu banyak
perzinahan terjadi, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Dampak
negatif sudah dirasakan dan terbukti mulai dari banyaknya kasus pengguguran
kandungan, kekacauan dalam rumah tangga, pembunuhan hingga penyakit HIV/AIDS
yang menakutkan dunia.
Karena itu, ketika sahabat Abdurrahman
bin Auf baru diketahui telah menikah, maka Rasulullah saw menganjurkan
melakukan walimah (resepsi) agar banyak orang yang tahu dan merasakan
kegembiraan, bahkan beliau sampai mengatakan: “meskipun hanya menye,belih
seekor kambing
Drs. H. Ahmad Yani
HP 08129021953.
Pin 275d0bb3/7cd9c56a
0 comments