KHUTBAH IDUL ADHA 1440 H
LIMA PELAJARAN DARI NABI IBRAHIM AS DAN
IBADAH HAJI
Oleh: Drs. H. Ahmad Yani
Ketua Departemen Dakwah PP DMI, Ketua
LPPD Khairu Ummah, Trainer Dai dan Manajemen Masjid, Penulis 47 Judul Buku
Manajemen Masjid, Dakwah dan Keislaman
الله أكبر 9x
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي
بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Kita bersyukur
kepada Allah swt, hari ini mendapatkan kesempatan sekali lagi untuk menikmati
ibadah shalat idul adha, insya Allah kita lanjutkan setelah ini dengan penyembelihan
hewan qurban. Saat ini, kaum muslimin dari berbagai belahan dunia sedang
menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di tanah suci. Apa yang kita lakukan
merupakan upaya untuk menguatkan rasa dekat kepada Allah swt, rasa dekat yang
membuat kita tidak mau menyimpang dari segala ketentuan-Nya, meskipun
peluangnya ada.
Shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, beliau telah meneladani Nabi
Ibrahim as dan Ismail as, hal ini karena pada sosok Nabi Ibrahim as dan orang
yang bersama beliau terdapat teladan yang luar biasa untuk kita sepanjang
zaman.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dimuliakan Allah.
Ibadah haji sedang
dilaksanakan oleh kaum muslimin dari seluruh dunia, tiga juta lebih orang yang
melaksanakannya. Karenanya ada hikmah buat kita, tidak hanya ibadah haji, tapi
juga dari sosok Nabi Ibrahim as yang juga harus diteladani oleh Nabi Muhammad
saw, Allah swt berfirman:
قَدْ كَانَتْ
لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada suri teladan
yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; (QS Al
Mumtahanah [60]:4).
Pada kesempatan
yang singkat ini, setidaknya kita ambil lima hikmah dan pelajaran dari ibadah
haji dan sosok Nabi Ibrahim as. Pertama, bersatu untuk beribadah,
menghambakan diri kepada Allah. Umat Islam dari berbagai penjuru dunia meskipun
beda bahasa dan warna kulit, beda pula kebiasaan hidup di negara dan daerahnya
masing-masing, ternyata bisa bisa bersatu di Tanah Suci. Tapi, bersatunya bukan
sekadar kumpul di satu tempat, tapi bersatu dan kumpul untuk beribadah kepada
Allah swt. Karena itu, kitapun harus bersatu, persatuan kita adalah untuk
mentaati Allah swt, berkumpulnya kita untuk menjalin kerjasama dalam kebaikan
dan ketaqwaan, bukan untuk dosa dan permusuhan.
Sejarah mencatat,
orang Yahudi dan orang musyrik Makkah juga bersatu di Madinah, tapi mereka
bersatu untuk memerangi kaum muslimin, bahkan orang Yahudi justeru mengkhianati
perjanjian dengan Rasulullah saw dan kaum muslimin. Mereka bersatu untuk
memerangi kaum muslimin, sehingga perang yang dinamai dengan perang Khandak, tapi
disebut juga dengan perang Ahzab yang artinya sekutu, karena orang Yahudi dan
Musyrik bersekutu untuk memerangi umat Islam, meskipun harus mengkhianati
perjanjian.
Oleh karena itu,
bingkai persatuan umat Islam bukan untuk kepentingan duniawi yang sesaat, tapi
bersatu dalam ikatan ajaran dari Allah swt dan Rasulullah saw, dalam konteks
ini kita dilarang untuk bercerai berai. Allah swt berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا
وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara; (QS Ali Imran [3]:103).
Pelajaran Kedua
dari haji dan sosok Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah bergerak untuk
kebaikan. Nabi Ibrahim sudah mencontohkan bahwa beliau bergerak dalam dakwah
dan menggugah berpikir orang dengan menghancurkan berhala, beliau juga bergerak
ke Makkah untuk menempatkan isteri dan anaknya disana atas perintah Allah swt,
meskipun sebenarnya sangat berat. Isterinya juga bergerak untuk usaha mencari
nafkah yang dalam haji dilambangkan dengan sai. Para jamaah haji juga bergerak,
bergerak untuk kumpul dan bergerak untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji
hingga kembali lagi ke tanah air masing-masing.
Karena itu,
sesudah melaksanakan ibadah haji, para haji mestinya menjadi tokoh-tokoh
pergerakan, tokoh pelopor dalam kebaikan dan persatuan, bukan pelopor dalam kemaksiatan
dan perpecahan. Semua kita jangan diam, tapi harus bergerak. Bergerak dalam
dakwah, bergerak untuk shalat berjamaah di masjid, bergerak untuk belajar dan
mengajar ilmu, bergerak untuk mencari rizki yang halal dan bergerak untuk
memperbaiki keadaan.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Ketiga, yang merupakan pelajaran dari Nabi
Ibrahim as dan Ibadah haji adalah berkorban untuk sesuatu yang baik, benar dan
bermanfaat. Banyak orang berkorban dengan harta dan jiwa tapi untuk keburukan,
kemaksiatan hingga permusuhan. Pengorbanan mereka menjadi sesalan yang amat
dalam di dunia ini, apalagi di akhirat nanti.
Karena itu, dalam
konteks kehidupan kita, pengorbanan menjadi kebutuhan karena rasa syukur tidak
hanya dikatakan, tapi dibuktikan, salah satunya dengan pengorbanan, hal ini
dinyatakan oleh Allah swt:
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ
هُوَ الأبْتَرُ
Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu nikmat yang banyak.Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan
berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
(QS Al Kautsar [108]:1-3).
Keempat, pelajaran dari Nabi Ibrahim adalah membuat
sejarah hidup yang baik. Kehidupan kita pasti berakhir dengan kematian. Orang
yang sudah mati, jangan kita ceritakan keburukannya, tapi ceritakan kebaikan–kebaikannya.
Karena itu, perjalanan hidup kita berarti mengukir sejarah kita sendiri. Kalau
kita sudah mati, apa yang orang ceritakan tentang kita?. Karena itu, Nabi Ibrahim
as berdoa agar dijadikan sebagai buah tutur kata yang baik. Sejarah jangan
dimanipulasi, tidak usah dibuat-buat tapi memang begitulah orang mengakuinya. Nabi
beliau adalah:
وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الآخِرِينَ
Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik
bagi orang-orang (yang datang) kemudia (QS Asy Syu’ara [26]:84).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Kelima, kebenaran itu dikatakan dan
dilaksanakan, agama bukan soal enak dan tidak enak. Sebagai seorang suami,
berat bagi Ibrahim menempatkan isterinya Siti Hajar dan anaknya Ismail di
Bakkah (Makkah), karena di tempat itu belum ada kehidupan, belum ada orang,
tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan air. Tapi, perintah Allah swt yang tidak enak
itu tidak boleh disembunyikan, harus dikatakan dan dilaksanakan, meskipun
berat, Ibrahim melaksanakannya. Sebagai seorang bapak, berat bagi Ibrahim melaksanakan perintah Allah swt menyembelih anaknya Ismail yang baru gede.
Tapi, dengan penuh ketundukan, Ibrahim laksanakan dengan baik.
Nabi Muhammad saw
juga tidak menyembunyikan ketentuan Allah swt, disampaikan dan dilaksanakan
dengan sepenuh jiwa, meskipun ayat yang turun kepadanya memberikan teguran
kepadanya.
Dalam konteks
kehidupan kita, baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat dan bangsa,
ajaran Islam harus kita terima apa adanya. Bukan yang cocok dan enak kita
terima, yang tidak cocok dan tidak enak kita tolak dan abaikan, bahkan kita
tentang dan tidak difasilitasi. Bagi kita, Islam merupakan suatu kenikmatan.
Ini membuat kita menjadi antusias untuk melaksanakannya, merasakan kenikmatan
saat dilaksanakan, bahkan ketagihan sehingga ingin lagi dan ingin terus
melaksanakannya hingga kitapun menceritakan atau mendakwahkan Islam yang nikmat
itu. Semoga semakin meningkat ketaqwaan kita kepada Allah swt.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ
وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ
خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang
dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat,
mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا
مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
Ya Allah, jadikanlah mereka (para
jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni,
perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّار.
0 comments